Pasti Dirasakan Setiap Orang

Bukti kita bertumbuh dalam keselamatan kita adalah sikap hati yang semakin mengutamakan Tuhan.

Dalam kehidupan dan budaya manusia dewasa ini, maksimalitas hidup dinilai dengan berbagai ukuran, terutama dengan ukuran materi dan kehormatan manusia. Di lingkungan pelayanan rohani, tanda-tanda fisik dan lahiriah hendaknya tidak dijadikan ukuran apakah seseorang sungguh-sungguh telah memaksimalkan kehidupannya bagi Tuhan.

Manusia yang tidak mengutamakan Tuhan padahal sudah seharusnya ia harus mengutamakan Tuhan adalah manusia yang merusak kehidupannya, baik selama di bumi ini, bahkan sampai selama-lamanya di alam baka. Dengan demikian bukti bahwa seseorang bertumbuh dalam keselamatan adalah ketika ia semakin mengutamakan Tuhan dalam hidupnya. Harus dicatat di sini bahwa hanya orang-orang yang mengutamakan Tuhanlah yang memperoleh kemuliaan bersama-sama dengan Kristus (Rm 8:30). Tuhan tahu dari semula, siapa saja yang akan mengutamakan-Nya. Masalahnya adalah apakah yang dimaksud dengan mengutamakan Tuhan itu?

Begitu mudahnya orang mengatakan bahwa dirinya “mengutamakan Tuhan”, baik melalui syair lagu maupun kalimat doanya. Padahal mengutamakan Tuhan tidak semudah yang dibayangkan. Berapa banyak orang Kristen yang benar-benar mengutamakan Tuhan dalam hidupnya? Tidak sedikit orang yang menjadi full timer dan aktif dalam pelayanan merasa sudah mengutamakan Tuhan, padahal belum, atau bahkan tidak sama sekali.

Sejak muda, penulis sudah melayani Tuhan dan menyerahkan diri sebagai full timer gereja. Pada waktu itu penulis sudah merasa mengutamakan Tuhan. Tetapi dalam perjalanan waktu, penulis baru menyadari bahwa sikap hatilah yang menjadi ukuran apakah kita benar-benar telah mengutamakan-Nya. Ketika banyak hasrat dan keinginan pribadi menguasai kehidupan, berarti kita belum mengutamakan Tuhan.

Mengutamakan Tuhan tidak dimulai dari rajin ke gereja; tidak juga dimulai dari menjadi aktivis gereja atau bahkan menjadi pendeta; sebab aktivitas lahiriah bukanlah ukuran. Jangan mau ditipu oleh iblis yang membangkitkan perasaan bahwa diri seseorang telah mengutamakan Tuhan dengan alasan-alasan tersebut. Mengutamakan Tuhan adalah sikap hati. Tentu sikap hati seseorang tidak mudah terbaca, tetapi bagaimanapun kalau sikap hati kita benar, tindakan konkret yang berakar dari sikap hati tersebut pasti dirasakan setiap orang sekitar kita (Flp 4:5).

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 15 Agustus 2010

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *