Pola Kehidupan Binasa

Orang yang belum terlepas dari jerat tersebut masih hidup dalam kebinasaan, karena itu berarti ia belum menjadikan Yesus sebagai Tuhan.

Mungkin kita menganggap orang yang tersesat artinya orang yang ada di luar gereja, dan tidak pernah ke gereja, sedangkan orang yang di gereja adalah orang-orang yang tidak sesat. Sebetulnya tersesat dalam kehidupan ini sama artinya dengan terjerat oleh pola kehidupan orang yang akan binasa. Pola kehidupan ini adalah mencintai dunia – pola kehidupan wajar dan umum yang sering kita saksikan dalam kehidupan hampir semua orang di sekitar kita.

Jerat tersebut pasti tampak dari cara hidup seseorang. Jerat tersebut dikemukakan Paulus dengan kalimat yang terdapat dalam 1Kor 15:32 “…Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati.” Pola hidup seperti ini adalah pola hidup naluri insani yang telah tercemar oleh kodrat dosa. Naluri insani ini dikuasai atau dimotori oleh pikiran yang tertuju kepada perkara-perkara duniawi. Karena naluri inilah orang sulit menerima apa yang diajarkan Tuhan Yesus dan sulit dibawa kepada kehendak Tuhan. Ini sama seperti apa yang dikatakan Tuhan Yesus tentang memikirkan apa yang dipikirkan manusia (Mat 16:23).

Banyak orang yang merasa tidak memiliki filosofi hidup semacam ini pada kenyataannya masih terjerat dengan pola hidup mencintai dunia ini. Ini ditandai dengan fokus hidupnya yang terarah kepada kehidupan hari ini. Mereka sibuk dan hanyut dengan kesibukan bagaimana memiliki kehidupan yang mapan seperti orang lain. Bagi mereka yang merasa berhasil dalam hidup ini dengan memiliki harta banyak akan menghamburkan uang untuk apa yang mereka anggap sebagai kepuasan, harga diri, prestise dan lain sebagainya, yang pada dasarnya untuk keagungan diri sendiri. Bagi yang merasa belum beruntung, akan berusaha meraih apa yang juga dimiliki orang lain, karena itu dianggap sebagai standar hidup.

Keselamatan adalah usaha untuk melepaskan seseorang dari jerat tersebut. Untuk melepaskan seseorang dari jerat tersebut, tidak cukup dengan mulut mengaku Tuhan Yesus adalah Juruselamat, tetapi harus diwujudkan dalam perbuatan. Tanpa disadari, selama ini dikesankan bahwa dengan mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dengan bibirnya, maka secara mistis seseorang dilepaskan dari jerat tersebut, padahal kenyataannya tidak. Orang yang belum terlepas dari jerat tersebut masih hidup dalam kebinasaan, karena itu berarti ia belum menjadikan Yesus sebagai Tuhan. Keadaan seperti ini kita jumpai dalam kehidupan banyak orang Kristen hari ini. Kepada mereka harus diingatkan dengan tegas, kalau tidak mereka akan binasa. Kalau kita masih terjerat, marilah kita segera melepaskan diri.

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 11 April 2010

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *