Orang kaya sukar masuk kerajaan surga, tidak berarti orang kaya tidak bisa masuk kerajaan surga karena kata sukar bukan berati tidak bisa, tetapi tidak gampang. Dikatakan: orang kaya sukar masuk kerajaan surga dan tidak berarti orang miskin gampang. Bukan karena kaya atau miskinnya membawa orang masuk kerajaan surga tetapi bagaimana sikap hati seseorang itu terhadap sesuatu yang ia percaya walaupun ia kaya atau miskin.
Dalam ayat 17 dikatakan: Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan peualanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Dia menyebut Yesus sebagai guru bukan Tuhan, cara bertanya orang muda ini sudah salah. Dia berpikir kehidupan yang kekal itu bisa diraih dengan seluruh harta yang ia miliki sehingga memampukan ia ke situ, dia pikir harta adalah segala-galanya maka ketika ia bertanya seperti itu, Yesus mengimbangi cara ia bertanya: Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilab ayahmu dan ibumu!” Lalu kata orang itu kepada-Nya: “Guru, semuanya itu telab kuturuti sejak masa mudaku.” Orang muda ini ingin menunjukkan bahwa apa yang Yesus ajarkan telah ia jalani dengan pengertian bahwa dia berhak mendapatkan kehidupan yang kekal. Ayat 21 berkata: Tetapi Yesus memandang dia dan menarah kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Dalam hal ini orang muda ini gagal karena posisi hatinya bukan kepada Yesus tetapi pada hartanya.
Apa yang paling baik dari manusia yang bisa menghantarnya pada kehidupan yang kekal? Tidak ada, karena pada dasarnya manusia itu jahat, apapun yang dilakukan manusia pasti ada maunya dengan kata lain ada sesuatu yang tersembunyi di balik kebaikan manusia. Melakukan sesuatu yang baik itu tidak menjadi jaminan, seorang hamba Tuhan pernah berkata: kalau misalnya karena perbuatan baik manusia membawanya masuk ke surga, di dunia ini yang paling baik bukan manusia, mungkin sapi, lembu atau kerbau yang jauh lebih baik, kenapa? Karena pengabdian hidup mereka jauh lebih baik, sejak kecil membajak sawah, sudah besar diambil susunya kemudian diambil dagingnya prinsipnya semua badannya berfungsi bagi orang lain. Dan kalau perbuatan baik manusia membawa dia ke surga berati di surga akan banyak sapi.
Kekayaan yang terlalu banyak bisa membuat orang lupa Tuhan, karena akar dari segala kejahatan adalah cinta uang, oleh karena mencintai uang beberapa orang sudah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Kekayaan di dalam hati kita, keinginannya tidak terbatas. Alkitab berkata: Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku. Terlampau kaya atau miskin membuat kita repot. Apa yang kita pelajari hari ini menjadi dasar kekristenan yang paling kuat dan memberi dampak dalam seluruh dimensi hidup.
Orang kaya dalam cerita ini sama sekali tidak percaya Yesus karena ia mengandalkan dari apa yang ia miliki. Orang kaya inipun bisa mewakili kita, kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus harus dipahami seperti ini: orang kalau percaya kepada Tuhan Yesus, berarti pemahamannya harus benar dan tidak boleh kompromi dan tidak boleh menduakan Tuhan. Dan ketika kita mengatakan bahwa kita percaya kepada Tuhan Yesus tetapi pemahaman kita mengatakan bahwa semua agama adalah sama, pemahaman seperti ini menjadikan kita lebih jahat dari pada orang kaya ini, karena kalau pemahaman seperti ini, kita membohongi diri sendiri. Semua tokoh agama pun tidak akan setuju dengan pemikiran bahwa semua agama adalah sama. Ketika dasar iman kita tidak kuat maka akan mempengaruhi seluruh dimensi hidup.
Kita tidak bisa mengatakan bahwa semua agama sama namun demikian kita harus menghargai semua orang yang berlainan kepercayaan dengan kita dan kita tidak boleh menganiaya mereka. Yesus mengajarkan kepada kita untuk ekslusif dalam iman itu sebabnya Ia berkata: “Akulah jalan.” Dan Ia juga mengajar kita untuk inklusif dalam pergaulan itu sebabnya la berkata: “Kasihilah sesamamu dan kasihilah musuhmu.”
Kadang-kadang Tuhan menaruh belas kasihan kepada kita sama seperti orang muda yang kaya ini, kalau kita orang seperti ini, berdoalah untuk meminta pertolongan dari Tuhan. Kalau kita bukan seperti orang muda yang kaya ini tetapi kita adalah orang yang percaya Tuhan, tetapi ternyata setelah kita meneliti dan kita sadar bahwa kita adalah orang-nya, berarti kita mengerti namun kita sengaja maka kita perlu bertobat kalau tidak kekristenan kita akan hancur. Seorang anak akan meniru apa yang dilakukan bapaknya. Kehidupan rumah tangga Kristen ada salibnya akan tetapi tidak kuat pengaruhnva, kalau dasar kekristenan kita seperti ini akan berdampak pada semua dimensi kehidupan kita. Pacaran tidak benar, kekudusan hidup entah kemana, suami istri tidak ada kesetiaan, semuanya menjadi berubah karena dasarnya longgar. Itu sebabnya kita mengeluh tentang anak kita walaupun kita membawa dia ke gereja, dibaptis di gereja akan tetapi dia tidak pernah mendalami itu, tidak pernah ditanamkan dengan sangat kuat maka akan muncul satu pribadi yang apa saja pun ikut, narkoba ikut, pergaulan bebas ikut, kumpulan anak-anak nakal pun ikut. Walaupun kita berdoa, semua itu tidak ada artinya karena kita tidak menanamkan dasar yang kuat, saat ini adalah era dimana kekristenan kita harus bangkit karena kalau tidak kekristenan kita tersapu dibawa jaman.
Kalau hidup kita mendua hati, kita katakan kita percaya Yesus namun kita masih mempercayakan hidup kita tehadap illah lain sehingga kita hidup dalam kebohongan dan tanpa kita sadari bahwa semuanya itu tidak ada artinya, saat ini kita harus berubah karena kalau kita berubah, anak cucu kita pun akan hidup benar. Karena kalau tidak, walaupun anak cucu kita Kristen namun hidup mereka tidak henar dan berantakan sehingga air mata kita sampai masuk ke dalam hati kita, dan kita berkata: “Tuhan kenapa Engkau tidak tolong?” Penyebabnya bukan Tuhan tidak tolong, tetapi penyebabnya adalah dari kita yang salah mendidik anak, anak kita mempunyai Alkitab tetapi tidak memahami apa itu kekristenan.
Sumber: Warta Jemaat Gereja Duta Injil 31 Juli 2011