Pembentukan Tuhan

Yosua 1:1-9

Manusia yang diciptakan Tuhan diberi empat dimensi waktu: dimensi masa lalu, dimensi masa sekarang, dimensi masa depan dan dimensi kekekalan. Dimensi kekekalan itu hanya bisa kita jalani pada saat kita sudah meninggalkan dunia ini. Pada saat kita masih ada di dunia ini tiga dimensi waktu yaitu masa lalu masa kini dan masa depan menjadi suatu kehidupan kita. Satu-satunya makhluk hidup yang diberi kemampuan untuk mengingat masa lalunya, diberi kemampuan untuk berinteraksi dengan apa yang dia alami sekarang, diberi suatu kemampuan untuk mengantisipasi ke depan hanya manusia dan makhluk yang lain tidak memilikinya.

Dimensi masa lalu atau kehidupan masa lalu, hari ini sampai ke belakang itu sudah menjadi sejarah hidup dan itu menjadi sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan orang sebagi suatu modal untuk masa sekarang. Orang mengatakan pengalaman itu bisa menjadi suatu guru yang baik dalam kehidupan kita tetapi banyak orang tidak mau belajar dari sejarah hidup, banyak orang tidak mau belajar dari pengalaman hidup, akhirnya, kita melakukan kesalahan yang sama.

Sebagai contoh: Pertama, kita sudah pernah mengalami atau kita dengar dari pengalaman orang. Jikalau seseorang sudah mempunyai suami atau istri, kemudian mempunyai wanita idaman lain atau pria idaman lain, dia berselingkuh perjalanan hidup orang seperti ini ujungnya pasti rusak dan hancur. Dalam hal ini kita pemah mengalami atau kita melihat pengalaman orang lain. Dari Daud kemudian Salomo sampai kepada jaman sekarang yaitu mahkota kerajaan Inggris, pernikahan Pangeran Charles dan Lady Diana tahun 1983, sebelum menikah di balik pernikahan itu terjadi perselingkuhan dan ujung hidupnya sang istri mati secara mengenaskan. Sampai pada mantan presiden Amerika dan pegolf handal Tiger Woods dengan empat belas wanita selingkuhannya dengan kekayaan sebanyak 10 triliun rupiah, namun sekarang ia hilang dari peredaran golf dengan menyembunyikan diri atau mengasingkan diri. Kita mengetahui dari pengalaman hidup orang atau sejarah hidup orang bahwa hal seperti ini tidak baik. Ujungnya pasti susah, dan adakalanya kita tidak mau belajar dari sejarah. Seharusnya kalimat ini menjadi kuat dalam hidup kita, pokoknya hal seperti ini jangan diikuti karena sudah pasti kita menjadi rusak. Dan herannya kita tetap melakukan itu sehingga kita sama seperti menyimpan api dalam sekam. Tetapi mengapa kita mau melakukan itu? Kawin-cerai, kawin-cerai jangan menjadikan budaya dalam kehidupan tetapi menjadikan sesuatu yang najis dalam kehidupan.

Kedua, waktu kita kerja di perusahaan atau kita mengabdi di institusi dalam pemerintahan terjadi ketidakjujuran dalam pekerjaan yaitu korupsi kemudian ketahuan, hartanya diambil, dipecat tidak hormat, keluarga malu sehingga masuk penjara. Kita tahu dan banyak sekali yang kita lihat dan ujungnya tidak bagus akan tetapi tetap saja orang melakukan hal yang sama tetapi pertanyaannya kenapa mau? Harusnya pikiran kita sudah dilengkapi dengan firman seperti ini; kalau ada keinginan seperti ini jangan dilakukan karena ujungnya pasti tidak baik. Tetapi kenapa kita mau melakukan semua itu? Karena pengalaman hidup yang pernah kita alami dan kita dengar itu, tidak pernah berkait dengan firman yang kita pelajari, terjadi disintegrasi dengan firman. Firman itu tidak menjadi sesuatu yang kita baca kemudian langsung menempel di dalam hidup kita, tidaklah demikian karena firman tetaplah firman dan hidup kita adalah hidup kita, oleh sebab itu firman harus setiap hari dipelajari dan dicerna sehingga senantiasa Yesus hidup di dalam kita. Masa lalu itu sangat mahal bagi setiap kita, kalau kita melihat Yosua bahwa ia tidak tiba-tiba menjadi seorang pemimpin.

Mengerti firman Tuhan tidak boleh mebacanya hanya secara hurufiah saja atau secara eksplisit tetapi harus dimengerti secara implisit yaitu yang tidak tertulis di dalamnya untuk menarik garis merah atau suatu prinsip yang kuat. Sebagai contoh: Kita sebagai orang tua menekuni bisnis atau usaha makanan kemudian anak kita yang laki-laki tidak pernah kita ajarkan untuk mengerti usaha kita sehingga mana bisa ia menjadi pengganti untuk melanjutkan usaha kita? Yosua bukan tiba-tiba jadi pemimpin, sejak masa mudanya ia sudah hidup bersama Musa, lewat kehidupan bersama Musa, ia melihat Musa membelah laut, pimpin bangsa Israel, berperang, dia melihat kerohanian Musa, ketika Musa mengangkat tangan, laskar Israel menang, ketika tangan Musa menjadi lelah kemudian turun, Israel kalah prinsipnya dia melihat kehidupan Musa dan sampai tiba ayat itu: “Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu…” artinya waktu Yosua telah tiba, kenapa? Karena pengalamannya sudah cukup jadi tidak sesederhana yang kita pikir. Hebatnya Tuhan kita itu ketika ia membentuk, mendidik, mempersiapkan seseorang itu sedini mungkin teratur dan terencana dan mungkin saat itu tidak kita sadari. Yosua di waktu mudanva ia tidak menyadarinya akan tetapi Tuhan sudah membimbing dia peralahan-lahan sampai suatu waktu Yosua menjadi pemimpin.

Mungkin kita juga demikian, waktu kita bukan orang Kristen, tanpa kita sadari bahwa Tuhan sudah membentak kita perlahan-lahan untuk jadi seorang Kristen. Paulus juga demikian, dahulu bukan orang benar, bakar gereja, membunuh orang Kristen tetapi ia orang pintar ahli di bidang agama dan Tuhan sudah persiapkan kepintaran dia bahwa suatu hari ia akan menginjili orang-orang yang pintar. Tuhan kerjanya rapi, teratur, terencana, sedini dan seawal mungkin dan tidak sama dengan kita, kita terkadang ceroboh.

Marilah kita melihat rencana Tuhan tidak ada satupun yang salah hanya kita yang tidak bisa mengerti, oleh sebab itu jangan pernah bertanya kepada Tuhan: “Kok begini?” seolah-olah Tuhan salah atur. Dia selalu merancang kita dengan baik hanya kita belum mengerti secara baik. Selanjutnya Tuhan berkata: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh…” Ayat ini sampai tiga kali disebutkan, ini berarti di depan waktu Yosua mau merebut tanah Kanaan, di situ tersimpan seribu satu macam problem, menang ada, susah ada, terdesak ada, maka dibutuhkan ayat ini: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu” Itu sebabnya iman kita harus seperti paku, tambah ditempah pakunva tambah menusuk ke dalam, tambah banyak masalah, iman kita tambah kuat kepada Yesus, seperti itu hidup kita. Iman kita harus solid tidak akan goyang menghadapi persoalan. Tuhan itu cara mengaturnya teliti dan satu sentipun tidak akan meleset asalkan hidup kita benar, maka jalani hidup ini bersama Tuhan.

Sumber: Warta Jemaat Gereja Duta Injil 17 Juni 2012