Persaudaraan yang Rukun

Mazmur 133:1-3

Setiap kita melihat firman Tuhan, tidak boleh kita lupa bahwa semua firman Tuhan itu adalah karya dalam otoritas Tuhan. Tetapi jangan lupa, Tuhan juga menggunakan setiap penulis firman Tuhan sehingga firman Tuhan itu berbobot. Paling pantas memang Daud menulis kebenaran ini sehingga Tuhan boleh menyatakan maksud-Nya supaya jelas kepada setiap umat manusia. Segala sesuatu yang bernilai, berharga dicari oleh umat manusia dan itu ada pada Daud. Dari semua penilaian dan penghargaan yang dimiliki Daud, alamat kekaguman dan pujian bukan di kekayaan, kepopuleran, penghargaan, pengakuan, kekuasaan, kedudukan tetapi dari mulut bibir yang memiliki segalanya ini menurut ukuran dunia dia katakan: “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!” Dalam hal ini bukan berlian, uang atau rumah tetapi “apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun”, itulah yang paling tinggi. Tetapi seringkali kita ditipu karena yang utama dijadikan yang tidak utama sebaliknya yang tidak utama dijadikan utama. Kerukunan bisa dikorbankan demi kekayaan, kerukunan dikorbankan demi kepopuleran, kerukunan dikorbankan demi kedudukan. Siapapun kita yang tidak rukun, kita tidak mengerti apa yang paling indah di dalam hidup ini. Biarpun kita memiliki apartemen yang paling mewah, mobil yang paling mewah. Setiap orang yang rukun, dia mengerti indahnya hidup dalam kasih. Allah sempurna, Dia ciptakan manusia tentu dibuktikan dengan kesempurnaan, Allah yang sempurna, Dia buktikan dengan karya-Nya dengan menciptakan manusia segambar dengan. Allah. Apa itu gambar Allah? I Yohanes 4:8 “Allah adalah kasih.” Begitu manusia hidup dalam kasih, itulah manusia Allah. Rohani seseorang, bukan kelihatan di banyak khotbahnya, rohani seseorang bukan kelihatan ketika mendoakan banyak orang sakit sembuh tetapi rohani seseorang kelihatan seberapa sungguh dia taat kepada Tuhan dan itu disimpulkan dengan kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri dan orang yang melakukan ini tentu hidupnya pasti rukun. Orang mengenal Allah, tidak bisa mengenal-Nya kalau sekedar hebat menggali isi Alkitab dalam bahasa Ibrani dan Yunani, tetapi mengenal Allah adalah ketika kita mengerti firman Tuhan dan melakukannya dalam kasih. Siapa hidup dalam kasih, ia pasti mengenal Allah. Dan di balik kerukunan itulah cerminan dari kasih. Semua orang akan tahu bahwa kekayaan, kedudukan, popularitas, pengakuan bukan jawaban. Umumnya semua orang sadar itu bukan jawaban dan bernilai setelah dia mati. Kalau setelah mati baru sadar, ini pun terlambat. Hal ini menjadi mayoritas di kalangan orang Kristen, itu sebabnya Yesus berkata: “Banyak yang terpanggil sedikit yang dipilih.”

“Sungguh alangkah baiknya dan indahnya” tidak ada kalimat dalam Alkitab yang begitu lengkap penghargaannya dibanding kalimat dalam Mazmur 131:1 yang dialamatkan pada kerukunan. Maka Daud mengerti akan hal ini karena dia pernah mempunyai rumah tangga yang tidak rukun ketika Absalom anaknya pernah memburu Daud untuk dibunuh karena Absalom berkeinginan untuk menggulingkan ayahnya. Tetapi akhirnya Daud mengerti bahwa yang paling berbahagia adalah rukun. Tetapi kata kuncinya “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila…” Kata apabila menunjukkan bahwa semua manusia tidak punya mental rukun. Karena setiap orang yang telah jatuh dalam dosa, orang itu dikuasai dosa biarpun ia bertobat lahir baru tanpa proses, seperti firman Tuhan katakan: “Hidupku bukannya aku melainkan Kristus di dalamku” maka seringkali yang menguasai kita adalah “Egosentris” bukan “Theosentris” oleh karena itu Yesus katakan: “Barang siapa mengikut Aku, ia barus menyangkal diri” karena diri kita tidak mempunyai mental kasih, mental kita tidak ada yang mental rukun karena sangat kompleks. Di satu sisi kita mau rukun sepanjang orang itu cocok dengan kita. Oleh karena itu banyak orang Kristen walaupun lahir baru, kalau tidak tuntas dalam proses pembaruan budinya, tidak mau bertumbuh kearah kedewasaan rohani, pada hakekatnya kita dengan agama lain punya pola hidup yang sama. Tersirat dan tersurat secara langsung atau tidak langsung kita punya moto: “Kalau kamu baik maka aku baik tetapi kalau kamu jahat maka aku bisa lebih jahat.”

Bagaimana orang bisa hidup rukun? jawabannya adalah sangkal diri, membalas kejahatan dengan kebaikan. Kristus berdiam di dalam diri kita dan kita diproses. Kita secara progresif harus mampu karena tidak mungkin Tuhan menyuruh kita kalau kita tidak mampu. Kita hanya mau rukun kepada orang yang baik dengan kita, yang cocok dengan kita. Oleh karena itu, rukunlah dengan dimulai dari rumah tangga. Setiap orang yang hidup rukun, selalu Yesus yang ditinggikan karena Dialah kepala Gereja, Kepala orang percaya. Tanpa kerukunan, suka tidak suka kita pasti mencuri kemuliaan. Itu sebabnya dalam Gereja tidak ada orang yang paling penting dan tidak ada orang yang kurang penting karena semua sama-sama penting. Itu sebabnya Tuhan memberi penghargaan terhadap mereka yang tertulis dalam ayat 2. “Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.” Allah memberkati bangsa Israel melalui imam, tanpa itu Allah tidak menurunkan berkat-Nya kepada bangsa Israel. Dan biasanya berkat itu turun ketika imam di urapi dengan minyak. Maka diterjemahkan lebih lanjut pada ayat 3: “Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion.” Ini menunjukkan berkat yang sangat melimpah sampai ke gunung-gunung, artinya itu menceritakan betapa pintarnya orang yang rukun dalam menyingkapi berkat yang indah karena tanpa itu, tidak ada orang yang mempunyai berkat yang indah. Ini berbicara berkat kehidupan untuk selama-lamanya dan ini berkat yang paling tinggi. Makanya dengan ayat 2 dan 3, pernyataan penghargaan Allah terhadap rukun, menunjukkan kerukunanlah yang paling disukai Tuhan. Pertanyaannya bagi kita, dalam hal apa kita sulit untuk hidup rukun? Kalau kita mau rukun, jangan tuntut orang sekitar kita berubah tetapi tuntutlah diri kita berubah karena itu dasar hukum. Dengan berubah paradigma kita, tata nilai atau pandangan hidup kita juga berubah. Maka dari itu jangan menjadi serupa dengan dunia ini. Bukan uang, merek mobil bagus yang terutama tetapi kerukunan yang terutama. “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun.”

Sumber: Warta Jemaat Gereja Duta Injil 3 Maret 2019