Kelahiran Tuhan Yesus

Matius 1:18-25

Saat ini suasana Natal sudah sangat terasa baik di gereja-gereja, di rumah-rumah orang Kristen, tempat-tempat persekutuan. Khotbah ini mengajak kita bukan hanya sekedar kita mengerti, mengalami suasana Natal itu akan tetapi pertanyaannya adalah: Bagaimana kita memahami Natal itu seharusnya dan sebaik-baiknya dan pertanyaan berikutnya: Bagaimana supaya makna Natal yang seharusnya dan sebaiknya itu juga dimengerti oleh anak cucu kita dengan baik! Ini jauh lebih penting dari pada yang lain-lain. Natal itu ketika dipahami oleh anak-anak kita di jaman ini, Natal itu identik dengan Tahun Baru. Waktu Natal tiba, anak-anak kita minta baju baru dan karena Natal itu dekat dengan Tahun Baru, anak-anak kita libur. Jadi tanpa kita sadari Natal itu identik dengan Tahun Baru, baju baru dan liburan karena Tahun Baru. Tidak salah untuk memahami seperti itu akan tetapi kalau anak cucu kita mengerti begitu saja berbahaya untuk kekristenan kita, berbahaya untuk iman anak kita. Nanti dasarnya tumbuh kurang baik karena anak-anak kita hanya paham seperti itu nanti suatu hari mereka bisa hanya ambil momentum Natalnya saja tetapi pengertian inti atau esensi dari Natal itu mereka tidak peduli. Mereka memanfaatkan momentum Natal itu tetapi mereka tidak mengerti maksud Natal itu dengan baik. Jangan sampai anak-anak kita terbawa ke arah seperti itu arahnya, ini lapisan pertama dan lapisan kedua adalah anak-anak Tuhan yang mengerti Natal, bahwa Tuhan Yesus sudah mati untuk kita, Dia menebus dosa kita, Dia datang menjadi manusia, Dia membebaskan kita, kita menjadi anak Raja Imamat yang Rajani.

Ini berarti mereka belajar untuk mengerti Natal itu. Apa yang mereka terima dari Natal itu artinya kelahiran Tuhan itu memberi mereka hadiah tentang keselamatan itu. Kelahiran Yesus Kristus itu menebus mereka untuk membawa mereka kepada suatu kehidupan yang kekal, membawa mereka keluar dari dosa-dosa mereka. Tetapi kalau itu saja juga tidak memadai untuk Kekristenan kita menuju jaman-jaman ke depan yang sulit diprediksi. Jadi pertanyaannya apa lagi selain dari kita memahami tentang makna Natal yang seperti itu? Maka kenapa Natal itu menjadi ramai pada saat hari Natal? Biasanya kalau perayaannya di gereja, di luar harus ditambah bangku karena banyak yang datang yang tidak kita kenal ikut Natal, kenapa? Apa dia mengerti makna Natal yang sesungguhnya? Tidak! Mereka datang habis ibadah selesai mereka pulang, minggu depan Tahun Baru mereka tidak datang. Ini yang dinamakan Kristen kapal selam, selam satu tahun, tahun depan baru muncul lagi. Kenapa demikian? Karena dia mengerti Natal seperti itu dan kalau anak kita memahami Natal seperti itu, berbahaya. Hari minggu anak kita tidak pernah datang ke gereja tetapi kalau Natal dia ikut mamanya. Kalau demikian hati kita sedih. Kita hanya ikut dramanya saja, momentumnya saja, tetapi kita tidak mengerti apa itu Natal yang sesungguhnya.

Yusuf dan Maria pada saat mereka bertunangan, didapatilah bahwa Maria sedang mengandung dari Roh Kudus. Karena Yusuf seorang yang tulus hatinya dan tidak mau mencemarkan nama istrinya sehingga ia bermaksud menceraikannya. Waktu ia mempertimbangkan untuk menceraikan Maria, maka malaikat Tuhan datang padanya dalam mimpi dengan pesan untuk tidak menceraikan Maria. Setelah Yusuf bangun, Yusuf pun berbuat seperti yang diperintahkan malaikat itu. Apakah dengan seperti itu semuanya selesai?

Tidak! Apa Yusuf tidak bergumul? Nanti kalau anak itu lahir berbeda dengannya, bagaimana dia menjelaskannya? Dalam hal ini Yusuf pun bergumul. Bagi Maria pun tidak gampang untuk menjelaskan kepada orang-orang tentang proses kehamilannya. Dalam hal kehamilan Maria, Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sampai Maria melahirkan seorang anak laki-laki yaitu Yesus. Jadi jelas bahwa Yesus bukan hasil hubungan sebagai suami istri. Jadi bagaimana Maria menjelaskan kepada tetangganya tentang kehamilannya? Hal ini tidak mudah karena sulit bagi Maria sebagai seorang gadis yang belum berhubungan dengan suaminya kemudian mengandung, bagi dia itu pergumulan berat.

Di jaman post modern ini yaitu jaman yang melampaui modern ini, kebanyakan orang sudah tidak membutuhkan kebenaran lagi yang dibutuhkan adalah relasi dalam hal ini kamu berbuat jahat namun relasi dengan saya baik, saya akan tetapi mengatakan bahwa kamu adalah baik. Kamu orang baik namun relasi dengan saya tidak baik, saya akan tetap mengatakan bahwa kamu adalah jahat saya tidak akan berpatokan pada apakah kebenaran itu yang penting bagi saya adalah relasi. Kalau keadaan demikian, bagaimana kita mengerti tentang Yesus. Ketika Natal kita pahami dengan baik, baru kita bisa melihat bahwa Dia datang menyediakan tubuh, Dia lahir di palungan. Badan, daging, air mata, peluhnya Tuhan, semua itu diungkapkan dengan Anthropo Morphe yaitu dengan cara “dibahasakan dengan gerak-gerik manusia” supaya kita mengerti bahwa Tuhan mau menyatakan dengan cara kita. Semua cara yang dilakukan Tuhan mempunyai tujuan untuk kita semua.

Yesus lahir di keluarga tukang kayu bukan sekedar untuk memberitakan bahwa Ia datang untuk mau menderita untuk kita. Waktu kita membaca Alkitab, kita harus mempunyai kepekaan tersendiri, Ia lahir di palungan, lahir dari keluarga tukang kayu, maka menangislah Yesus, Anak Manusia tidak ada tempat untuk membaringkan kepala-Nya, Allah-Ku, Allah-Ku mengapakah Engkau meninggalkan Aku, di masa Yesus hidup menjadi manusia, Dia pernah lelah, Dia pernah tertidur di perahu, Dia pernah menangis melihat Lazarus mati, Dia pernah bernyanyi, semua cara-cara manusia Dia praktekkan, suatu pribadi yang begitu besar mau menjadi manusia. Inilah yang disebut merendahkan diri, Dia berkorban untuk kita. Itu sebabnya nilai kita mahal dan tidak bisa dinilai dengan berlian ataupun batu permata karena nilai kita hanya bisa dinilai dengan darah Tuhan. Kita sangat berharga di mata Tuhan karena firmannya berkata bahwa kita adalah biji matanya Tuhan. Karena itu nilai kita tinggi di mata Tuhan. Harusnya dalam mengerti tentang Natal kita berkata: “Tuhan terimakasih untuk anugerah-Mu dalam hidup yang hanya sekali ini aku boleh mengenal Engkau sedalam ini. Terimakasih Tuhan untuk anugerah pengorbanan-Mu” Di waktu kita bernyanyi “dari pulau dan benua” sukacita, keharuan campur menjadi satu sama seperti yang Maria alami. Amin.

Sumber: Warta Jemaat Gereja Duta Injil 23 Desember 2018