Menjadi Penjaga Yang Berintegritas

Markus 13:33-37

PENGANTAR

Markus memperkenalkan Yesus sebagai Putra Allah dan Mesias, hamba yang menderita. Bagian pertama kitab Injil ini memusatkan perhatian terutama kepada mukjizat luar biasa yang dilakukan Yesus dan pada kuasa-Nya atas penyakit dan setan-setan sebagai tanda bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.

Akan tetapi, di Kaisarea Filipi itu Yesus memberitahukan dengan terus terang kepada para murid bahwa Dia harus “menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari” (bdk. Markus 8:31, Markus 10:33-34,45; 13:8; 11-13). Identitas dan misi penderitaan Yesus dinyatakan dengan jelas kepada kedua belas murid-Nya. Karena itu Yesus menginstruksikan murid-murid untuk waspada dan berjaga-jaga, karena akan terjadi berbagai ancaman dan penderitaan secara tiba-tiba.

Hidup yang hati-hati dan berjaga-jaga ini adalah sikap memelihara hidup tetap sigap dan waspada mengantisipasi apa yang akan terjadi. Hidup ini harus selalu dijalani dengan berhati-hati dan penuh kewaspadaan.

PENJELASAN NAS

Ayat 33

Berhati-hatilah. Kehidupan sekarang mengharuskan kewaspadaan yang terus-menerus. Kehidupan sekarang harus dijalani dengan sikap tanggap. Demikian halnya berlaku dengan kata kerja “berjaga-jagalah”, tetap terjaga.

Seorang penjaga yang ”berjaga-jaga”, adalah orang yang selalu didapati terjaga, tidak tidur, bertugas menjaga keselamatan dan keamanan. Berjaga-jaga adalah sikap tidak tidur semalam suntuk, selalu berawas-awas dan bersikap menunggu dengan setia. Seorang penjaga yang berjaga-jaga menjamin keadaan selalu aman. Keadaan yang berjaga-jaga sangat diperlukan sebab seseorang tidak mengetahui kapan rangkaian peristiwa akan menimpa seseorang. Jadi orang yang berhati-hati dan berjaga-jaga adalah seorang bijaksana yang berusaha mengantisipasi apapun yang akan terjadi kelak.

Ayat 34

Sikap berhati-hati dan berjaga-jaga, sama seperti seorang yang bepergian. Seorang pemilik rumah ini sangat hati-hati untuk mempercayakan rumahnya kepada orang lain. Begitu berhati-hatinya tuan rumah ini, sehingga ia hanya mempercayakan pengelolaan rumahnya kepada orang yang dapat dipercaya. Orang-orang ini adalah yang sangat dikenal baik, loyal, bertanggungjawab dan pasti setia. Karena itu ia mempercayakannya kepada “hamba-hambanya”, masing-masing dengan tugasnya. Bahkan sangat besar rasa kehati-hatian pada tuan ini, karena di bagian depan ditempatkannya seorang penjaga – “satpam” – penunggu pintu di bagian depan dengan pesan yang sama “supaya berjaga-jaga”. lni bukan karena perasaan takut rumahnya dibobol maling, akan tetapi memang setiap orang harus siap sedia dan selalu waspada terhadap apapun yang mengancam. Orang yang berhati-hati dan selalu hidup berjaga-jaga tidak akan mengalami kerugian besar, sebab memelihara dirinya tetap terjaga.

Ayat 35

Seorang murid harus terus berjaga-jaga. Kata kerja ini (sama ayat 33), memiliki arti terjaga dan terjaga terus. Tidak diragukan integritas dan kesetiaan hamba ini dalam melaksanakan tugas yang diberikan tuannya. Orang harus waspada (tidak boleh tertidur atau mengantuk). Sebuah peristiwa bisa terjadi secara tiba-tiba dan mendadak. Waktu kejadian sesuatu peristiwa digambarkan seperti tuan rumah akan pulang tanpa diketahui secara pasti. Hanya di katakan: “menjelang malam … tengah malam … larut malam … pagi-pagi buta. lni adalah empat giliran jaga malam menurut jadwal Romawi.

Kapan waktunya, seorang penjaga tidak mempersoalkannya yang terpenting adalah kedapatan berjaga-jaga dengan sikap siaga. Sikap berjaga-jaga dengan tidak kenai lelah, entah waktunya menjelang malam, tengah malam, larut malam atau pagi-pagi buta, penjaga tidak boleh terlelap.

Ayat 36

Kalau tiba waktunya, dan pasti waktunya akan tiba dan kejadiannya akan mendadak (tiba-tiba). Banyak orang selalu tidak siap menyongsong sesuatu kejadian yang mendadak dan mendesak. Tetapi Yesus menghendaki kita membiasakan dan harus terbiasa untuk menerima dan menghadapi perkara yang sifatnya mendadak. Keadaan berjaga-jaga diperlukan, karena kedatangan, kejadian sesuatu, peristiwa-peristiwa yang akan terjadi tidak ada yang dapat menduganya. Tidak ada yang dapat memprediksi waktu terjadinya suatu peristiwa. Orang yang tidak berjaga-jaga, ini yang dimaksudkan oleh Yesus dengan “sedang tertidur”. Bagi banyak orang yang sedang tidak berjaga-jaga (tidak terjaga), sama seperti murid-murid Yesus saat di taman Getsemani. Mereka tidak sanggup berjaga-jaga
dan kedapatan mereka sedang tidur. Yesus berkata kepada Petrus: “Simon, sedang tidurkah engkau? Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Baca Markus 14:37-38). Orang yang berjaga-jaga akan melihat tanda-tanda Kerajaan Allah itu dan dia tidak akan terperanjat.

Ayat 37

Apa yang diajarkan Yesus bagi murid-murid-Nya untuk berjaga-jaga, itu berlaku juga bagi semua orang. Cara hidup yang berjaga-jaga ini akan memberikan keuntungan besar bagi semua orang tanpa kecuali. Sebab semua orang yang berjaga-jaga akan memperoleh keuntungan dan jauh dari kerugian. Seorang yang berjaga-jaga dan tetap terjaga, akan diperlakukan sebagai keluarga sendiri.

RELEVANSI DAN APLIKASI

Seruan Yesus “hati-hatilah dan berjaga-jagalah” sama dengan ungkapan “Waspadalah, waspadalah!” Seruan Yesus yang sederhana namun keras ini mengingatkan kita semua agar selalu bersiap-siaga terhadap kemungkinan datangnya akhir zaman. Seruan ini sebenarnya merupakan bagian penutup dari khotbah panjang Yesus tentang akhir zaman dalam Injil Markus (13:1-37). Pesan Yesus “Hati-hati dan berjaga-jagalah” adalah satu rangkaian dengan ayat 1 s/d 32, di mana ditemukan hal-hal demikian: Yesus mengajar bahwa Bait Allah akan diruntuhkan (13:1-2); Dia mengajarkan kepada para murid-Nya tentang permulaan penderitaan (13:3-13); tentang siksaan yang berat dan mesias-mesias palsu (13:14-23); tentang kedatangan Anak Manusia dan perumpamaan tentang pohon ara (13:24-32). Setelah itu semua barulah Yesus memberi nasihat-nasihat supaya para murid berjaga-jaga. Dalam salah satu perumpamaan Yesus kita mendengar tentang pentingnya tuan rumah berjaga-jaga menghadapi kemungkinan datangnya “seorang pencuri yang mau membongkar rumah” (bdk. Matius 24:37-43), maka pada kesempatan kali ini Yesus berbicara mengenai pentingnya penjaga pintu berjaga-jaga menghadapi kemungkinan pulangnya sang tuan rumah, kapan saja.

Kita tidak pernah akan mengetahui kapan sesungguhnya Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya. Namun di sisi lain, ada lagi sikap dan perilaku berjaga-jaga yang diperlukan oleh kita semua, yaitu berjaga-jaga serta waspada terhadap berbagai kejutan yang akan terjadi kepada kita.

Untuk dapat berjaga-jaga dengan setia, maka perlu memelihara hidup bersekutu dengan Tuhan di dalam doa. Karena itu ditegaskan rasul Paulus menuliskannya “…Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus” (Efesus 6:18).

Sementara kita tetap waspada dan berjaga-jaga, baiklah masing-masing dapat melaksanakan tugas sesuai talenta dan karunia yang diberikan oleh Allah kepada setiap orang. Sebab setiap orang yang kedapatan berjaga-jaga, juga kedapatan rajin melaksanakan pekerjaannya secara baik, tekun dan bertanggungjawab. Itulah yang disebut dan dinamakan “hamba yang setia”.

Dikutip dari Warta Jemaat GPIB 20 Maret 2016