Yang Jatuh, Bangun! Yang Berpaling, Kembali!

Yeremia 8:4-7

Allah memanggil Yeremia kira-kira pada tahun 626 SM. Pelayanannya ditujukan pada kerajaan selatan (Yehuda) yang pada waktu itu di bawah pemerintahan raja Yosia. Bagi Yeremia tentu tidaklah mudah untuk mengarahkan raja-raja dan rakyatnya untuk berada di jalan Tuhan. Namun demikian Yeremia tidak pernah takut, ia terus menyampaikan teguran dan kecaman kepada bangsa itu atas dosa-dosa mereka, meskipun ia harus mengalami penderitaan yang sangat dalam. Adapun dosa-dosa Yehuda pada waktu itu di antaranya: para imam tidak lagi mencari Tuhan (Yer 2:8), mengajarkan kedamaian palsu (Yer 5:12), menukar Allah dengan allah/ilah (Yer 2:11), membunuh, berzinah, bersumpah palsu, membakar korban bagi Baal (Yer 7:9), mendirikan bukit-bukit pengorbanan (Yer 7:31).

Sedemikian dalamnya dosa mereka, sehingga Allah memakai Yeremia untuk mengingatkan mereka agar mau meninggalkan dosa-dosanya. Selain kecaman, Yeremia juga menyampaikan kasih Allah yang sangat besar. Kasih Allah tersebut dinyatakan melalui firmanNya, “Apabila orang jatuh, masakan ia tidak bangun kembali? Apabila orang berpaling, masakan ia tidak kembali?” Allah menanti umatNya meninggalkan dosanya, Allah masih memberi kesempatan, pintu masih terbuka bagi umatNya. Inilah kasih Allah yang besar. Namun yang terjadi mereka tidak menyesal, bahkan menolak untuk kembali. Kedegilan hati mereka inipun digambarkan seperti kuda yang menceburkan diri pada pertempuran, umatNya akan menghadapi peperangan dan mereka akan ditaklukkan oleh musuh. Inilah hukuman atas umat yang tidak mau mengakui dosanya dan hidup melawan hukum Tuhan.

Bila kita bercermin pada firman ini, kita adalah umat yang berdosa yang tidak patuh kepada hukum Allah, padahal Ia di dalam Yesus telah menyatakan kasih pengampunanNya atas dosa pelanggaran kita. Namun sampai sekarang kita masih berulang dan berulang melakukan dosa. Firman ini menyapa kita semua bahwa bagi kita masih ada kesempatan. Ia menanti pertobatan dari kita semua. Tidak peduli seberapa besar kesalahan dan ketidaksetiaan kita, yang penting bagi Tuhan kita menyadari dosa-dosa yang telah kita perbuat dan mau mengakuinya serta berbalik kepada hukum Tuhan. Kalau burung ranggung, tekukur, layang-layang dan bangau mengetahui musim dan tahu waktunya untuk kembali (ay 7), lebih dari itu anak-anak Tuhan dapat memahami kalau kita harus pulang pada jalan Tuhan.

Dikutip dari Warta Jemaat HKBP 18 Oktober 2015