Rasa Cukup

Dunia kita hari ini dibawa kepada semangat materialisme yang sangat kuat. Manusia menjadi manusia yang konsumeristis dan gaya hidup konsumtif. Iklan-iklan berbagai produk, dari kosmetik sampai kendaraan begitu memikat, sehingga membangkitkan minat banyak orang untuk memiliki apa saja yang disajikan oleh dunia ini. Keadaan ini membuat banyak orang tidak dapat membedakan antara “apa yang menjadi kebutuhan” dan “apa yang diingini atau dihasrati”. Tidak semua barang yang diinginkan adalah kebutuhan. Kebutuhan dan keinginan merupakan sesuatu yang sangat berbeda. Kalau seseorang sudah tidak bisa membedakan manakah kebutuhan, yaitu apa yang benar-benar dibutuhkan untuk menjalani hidup ini dengan keinginan, maka rusaklah kehidupannya.

Dalam I Tim 6:8 dikatakan : “Asal ada makanan dan pakaian cukuplah.” Maksud dari ayat ini adalah, yang penting bagaimana seseorang dapat menjalani hidup ini. Berkenaan dengan hal ini, Tuhan Yesus mengajarkan kita agar mengucapkan doa Bapa kami: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Rasa cukup dalam teks aslinya adalah “autarkeias” yang berarti self-satisfaction (kepuasan pribadi), contentedness (kepuasan) juga berarti competence (kompetensi, wewenang). Dalam Alkitab King James Version diterjemahkan contenment (But godliness with contentment is great gain). Autarkeias hendak menunjukkan sikap hati yang merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Dalam terjemahan Today’s English Version ayat ini diterjemahkan “satisfied with what he has” (puas dengan apa yang dipunyainya).

Rasa cukup memang relatif. Cukupnya seseorang berbeda dengan orang lain. Tetapi seseorang dapat menguji apakah yang diingini itu memang benar-benar kebutuhan atau ternyata berunsur keserakahan, kesombongan dan upaya meningkatkan harga diri. Kalau seseorang cukup dengan motor, ia harus merasa puas dengan motor. Tapi kalau ternyata memang dibutuhkan mobil ya apa salahnya. Jangan berupaya memiliki mobil karena dasarnya kesombongan atau meningkatkan nilai diri. Sebab di dalam pemandangan manusia fasik hari ini, orang yang mengendarai mobil lebih berharga daripada yang hanya naik motor.

Keserakahan di dalam Alkitab sering dikemukakan sebagai dosa utama (cardinal sin). Mengapa keserakahan disebut sebagai dosa utama? Sebab keserakahan ini ternyata di dalam Alkitab disamakan dengan berhala (Kolose 3:5; and covetousness, which is idolatry, ketamakan adalah berhala). Kata berhala di sini dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari “idolatry”. Kata ini sebenarnya berasal dari bahasa Yunani “eidololatreia”. Dua kata yang digabung eidolo dan latreia. Edolo adalah berhala dan latreia berarti berbakti. Berhala itu berarti kebaktian kepada obyek lain di luar Tuhan. Ini adalah perzinahan atau percabulan rohani. Tuhan menentang ini dengan hukum pertama-Nya: Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku.

Banyak orang Kristen modern yang menganggap hal ini bukan dosa yang membahayakan bahkan tidak menyadari sama sekali bahwa ini suatu dosa utama (cardinal sin). Ingatkah kita apa yang terjadi di padang gurun dalam perjalanan bangsa Israel ke Kanaan? Ketika mereka minta daging namun di pemandangan Tuhan mereka sudah cukup dengan manna? Karena keinginan itulah banyak mereka yang tewas.

Inilah yang membuat kita tidak mau mengerti bahwa Tuhan menghendaki agar kita puas dengan apa yang ada. Kita harus bisa membedakan manakah kebutuhan manakah keinginan. Tuhan menghendaki kita merasa cukup dengan apa yang ada sehingga keinginan kita diisi oleh kerinduan perkara-perkara yang di atas (Kol 3:1-4).

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 28 September 2008

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *