Menaklukkan Kehendak Diri di Hadapan Tuhan

Matius 8:1-4

Suatu cerita sederhana dan kalau kita membaca kelihatannya tidak ada apa-apanya dimana seorang yang sakit kusta datang kepada Tuhan, berdoa dan Tuhan sembuhkan dia, akan tetapi kalau kita teliti, mengamati, mencermati, merenungkan baru timbullah sesuatu yang besar, sesuatu yang besar yang menyangkut kebutuhan hidup kita. Orang kusta ini berkata: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Kemudian Yesus menjawab: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya. Semasa Tuhan Yesus melayani orang, baik dengan membuat mujizat penyembuhan atau membangkitkan orang mati, mencelikkan mata orang buta, sebelum Yesus melakukan hal seperti itu, Yesus masih melakukan percakapan dengan orang-orang yang bersangkutan. Dengan Lazarus, Yesus masih berbicara dengan saudara Lazarus, dengan orang yang buta, Yesus menyembuhkan masih pakai media, ambil tanah dengan ludah, ucap syukur baru tempel di matanya setelah itu mulai ada bayang-bayang lalu pergi mandi di sungai dan waktu dia bangkit dari situ matanya sudah melihat dengan jelas dalam hal ini ada proses akan tetapi dalam cerita ini tidak, Yesus berkata langsung sembuh total inilah yang disebut mujizat terjadi bukan dua jam kemudian, bukan setelah percakapan tetapi pada saat itu juga sembuh total. Kalau kita teliti baru kita lihat. Pertanyaannya, mengapa orang kusta ini disembuhkan tanpa banyak tanya, tanpa banyak melakukan pembicaraan. Pertanyaannya: Apanya yang menarik bagi Tuhan Yesus sehingga Ia melakukan hal seperti itu? Rupanya dalam permintaan doa orang kusta ini dengan berkata: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Itu sangat menarik perhatian Tuhan Yesus. Seandainya orang kusta ini berdoa dengan cara yang berbeda tentunya kejadiannya akan lain. Kalimat yang disampaikan orang kusta ini mengandung pengertian bahwa orang kusta ini menyerahkan semua keinginannya kepada Tuhan, ia menaklukkan keinginan dirinya di bawah keinginan Tuhan. Kalimat itu mengandung pengertian: kalau Tuhan mau sembuhkan aku, saya mau dan kalau Tuhan tidak menyembuhkan aku juga tidak masalah.

Biasanya doa kita tidak begitu, munculnya doa kita bukan mempunyai suatu ruang lingkup, suatu konteks penaklukkan diri, tetapi munculnya doa kita lebih fokus pada apa yang kita mau bukan jika Tuhan mau. Kita tahu bahwa Tuhan memiliki segala sesuatu di dunia ini tetapi orang lupa ketika meminta sesuatu Dia mempunyai Personaliti, kita hanya memfokuskan apa yang kita mau. Pernahkah kita berpikir apa yang ada dalam pikiran Tuhan? Yesus berdoa dengan cara yang sama; Bapa jikalau Engkau mau, lalukan cawan ini dari pada-Ku. Yesus menaklukkan diri dibawah kehendak Tuhan yang besar. Kita berdoa tidak begitu karena itu perlu koreksi. Lebih kacau lagi kalau kita doa, sudah pas baru kita doa, sebenarnya tidak usah. Seorang pemuda menginginkan seorang istri, harus doa dulu meminta pada Tuhan tetapi dia tidak doa melainkan jalani dahulu karena bagi dia wanita yang dia pacari sudah cocok dalam pandangan dia tanpa meminta pandangan Tuhan. Seringkali kita juga seperti ini padahal kalau kita berdoa artinya kita meminta pendapat Tuhan. Tanya Tuhan berarti dalam doa, permohonan itu muncul, taklukkan diri akan tetapi apakah kita melakukan demikian dalam hidup? Tuhan ketika menjawab doa di waktu kita mempunyai sikap menaklukkan diri di bawah Tuhan, pasti ada penjelasan, hanya orang-orang yang mau menang saja, pakai segala cara dengan alat-alat yang ada untuk memojokkan Tuhan, sampai matipun dia kabur tentang jawaban Tuhan. Hanya orang-orang yang mau menaklukkan diri, Tuhan memberikan klarifikasi: “Mengapa Saya mau beri dan mengapa Saya tidak mau beri?” Abraham dalam berdoa untuk Sodom dan Gomora, waktu ia menaklukkan diri dan mencoba bertanya kepada Tuhan, Tuhan memberi dia penjelasan.

Waktu Tuhan memberikan apa yang kita mau, kita harus harus bangga dalam hidup tetapi ketika Tuhan tidak memberikan apa yang kita mau, kita harus belajar untuk mengerti kehendak Tuhan. Yang Tuhan berikan mungkin saja lebih bagus dari yang kita minta atau yang Tuhan berikan tidak sebagus dengan apa yang kita minta tetapi bagus menurut pikiran Tuhan, bukankah hal ini jauh lebih baik? Tuhan tahu segala isi hati kita bahkan lebih tahu dari kita. Seringkali manusia kalau sudah sukses bisa lupa Tuhan, sepuluh orang disembuhkan oleh Tuhan, hanya satu yang kembali kepada Tuhan. Kita perhatikan hidup kita, siapa tahu hari ini Tuhan menjawab doa kita, karena kita biji mata Tuhan, kita spesial di mata Tuhan. Apa yang Tuhan tidak berikan dalam hidup kita? Tuhan mati untuk kita, Tuhan berkorban untuk kita, Tuhan disiksa untuk kita, Tuhan pelihara kita walaupun Tuhan tidak selalu menjanjikan bahwa langit akan selalu cerah, Tuhan tidak pernah menjanjikan jalan selalu licin, ada kerikil, ada hujan dan ada badai tetapi Tuhan selalu mengatakan ada penyertaan karena Tuhan menyertai kita selamanya. Tekunlah dalam doa, tidak usah kecil hati, tak dijawab pun ada sesuatu yang baru Tuhan berikan, jangan pernah putus asah. Semua yang ada pada kita harus melalui proses baru kita matang rohaninya. Bagaimana pelayanan bisa terpelihara dengan konsisten dengan banyak pergumulan yang berat-berat dengan melewati berbagai kesulitan baru kita tahan menghadapi segala hal. Jadi kalau Tuhan tidak menjawab satu atau dua doa, itu masalah biasa sebagai suatu proses untuk dihidupi dalam hidup kita.

Sumber: Warta Jemaat Gereja Duta Injil 8 September 2019