Iman yang Menyelamatkan

Kejadian 22:1-12

Setelah Abraham berumur seratus tahun, lahirlah baginya Ishak. Tuhan menguji kesetiaan Abraham dan ternyata Abraham setia dalam hal menyampaikan persembahan kepada Tuhan. Abraham taat dalam menyampaikan persembahan kepada Tuhan. Awalnya, pada saat itu orang terbiasa mempersembahkan manusia sebagai persembahan korban kepada allah (dewa). Allah menguji Abraham tentang kebiasaan pada saat itu, mempersembahkan manusia sebagai korban kepada allah (dewa) sebab itulah kebiasaan agama-agama pada saat itu. Kesetiaan Abraham diuji, ia harus mengorbankan Ishak sebagai korban bakaran. Ia harus membunuhnya untuk ibadah atas dasar perintah di tanah Moria, membunuhnya dan mempersembahkannya sebagai korban bakaran. Ternyata kesetiaan Abraham tidak tergugat meskipun ia sangat menyayangi Ishak. Abraham lebih mengutamakan Tuhan daripada yang lain (bnd. Ibrani 11:7-12). Di kemudian hari, setelah peristiwa ini tidak ada lagi mempersembahkan manusia sebagai persembahan kepada allah (dewa).

Abraham diuji bukan untuk mencobainya agar jatuh dalam dosa, melainkan untuk menguatkan imannya (Yakobus 1:3), agar ia memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan (1 Petrus 1:7). Memang perintah Allah terlihat seolah bertentangan dengan janji berkat-Nya melalui keturunan Abraham. Abraham diperintahkan untuk mengambil anaknya Ishak, pergi ke tanah Moria dan mempersembahkan Ishak disana sebagai korban bakaran. Namun bagi Abraham iman itu mengatasi segala sesuatu, apakah kuasa, kepemilikan dan harta. Ketika Aliah berfirman, Abraham memperhatikan setiap kata yang diucapkan, dan mendengarkannya dengan penuh perhatian. Dengan iman, Abraham maju terus, imannya teruji saat yang dicita-citakannya sudah tercapai. Kita setia kepada Allah karena AnakNya Yesus Kristus sudah diberikan menjadi tebusan bagi banyak orang.

Peristiwa ini memiliki makna keselamatan (soteriology) dari Tuhan. Allah memaksudkan untuk menggambarkan peristiwa yang akan datang ketika Putra-Nya (Yesus Kristus) dikorbankan bagi manusia. Allah memerintahkan manusia untuk mempersembahkan korban bakaran adalah karena manusia telah jatuh ke dalam dosa sehingga perlu ada yang dikorbankan untuk keselamatan manusia supaya dosanya selesai. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Roma 6:23).

Abraham tetap setia kepada Allah dimulai dari panggilannya, sampai kepada ujian mempersembahkan ishak. Iman dan perbuatan Abraham bagai dua sisi dari satu mata uang, tidak dapat dipisahkan. Ujian kesungguhan iman dapat kita jumpai dalam kehidupan kita, melalui ujian iman Allah menghadirkan tujuan-tujuan penyelamatan-Nya. Seringkali kita. tidak tahu mengapa kita diuji sampai ujian itu usai berlangsung. Ujian iman membuat kita kuat dan diteguhkan untuk menghadapi tugas-tugas yang lebih sulit di masa mendatang.

Pada ayat 12 ada dua hal yang diakui Allah dalam diri Abraham yakni: Abraham takut akan Allah dan tidak segan-segan menyerahkan anaknya Ishak kepada-Nya. Ia bertindak seperti yang Allah perintahkan. Inilah integritas yang gemilang. Abraham telah bertindak sebagai bapa dari bangsa yang percaya, kesetiaannya sudah teruji. Iman kepada Allah itulah yang menyelamatkannya. Kesetiaan terjadi bila kita yakin pada firman Tuhan. Amin.

Sumber: Warta Jemaat HKBP 16 Juni 2019