Ketaatan Yesus

Lukas 22:39-42

Malam sebelum Tuhan berdoa di taman Getsemani, sebelum Tuhan dijual oleh murid-Nya, sebelum Ia disiksa, malam itu Ia mengadakan perjamuan untuk murid-murid-Nya. Mengapa Yesus mengadakan perjamuan malam? Tujuannya supaya meneguhkan iman murid-murid-Nya karena setelah itu Yesus ditangkap dan disiksa. Ketika kita melihat peristiwa seperti ini, konsistensi dari pada kerohanian kita bisa terganggu, iman kita bisa goncang karena peristiwa-peristiwa yang kita alami itu sangat besar dan karena ketidakmampuan atau kerohanian kita tidak kuat untuk menanggung semua problem itu.

Dalam Markus 16:1 dikatakan: Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Menjadi pertanyaan bagi kita: Kenapa yang muncul disini tiga perempuan, dimana laki-lakinya? Di tengah-tengah pergolakan iman dari pada murid-murid Yesus, iman mereka goncang dan tidak ada seorangpun yang hadir pada saat kebangkitan Yesus dan yang hadir hanya ketiga perempuan. Demikian juga dengan kita, dalam kehidupan kita, dalam hal apapun, ketika kita menghadapi hal-hal yang sangat sulit sekalipun, kadang-kadang iman itupun bisa bergerak.

Dalam proses hidup ini, ketika diuji konsistensi dari pada ketaatan kita kepada Tuhan lewat proses, akan kelihatan kuat atau tidaknya kita melewati proses. Yesus memberi contoh yang sempurna, ketika Ia berdoa di taman Getsemani, sebagai manusia Ia pun gentar menghadapi salib, itu sebabnya Ia berkata: “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Inilah ketaatan menghadapi panggilan. Waktu ketaatan menghadapi proses, di situ diujilah konsistensi ketaatan-Nya, hal ini muncul dalam Yohanes 19:10-11, “Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?” Ketika konsistensi itu diuji, Yesus menjawab dengan sempurna. Suatu iman yang stabil, tenang, meskipun situasi mengancam, tetapi dari mulut keluar kalimat emas.

Mestinya kita sebagai orang Kristen belajar seperti itu, di tengah-tengah penyakit yang berbahaya sekalipun, kita memerlukan suatu ketenangan batin karena ada suatu kuasa yang besar sedang mengendalikan hidup. Oleh karena itu Yesus memberi contoh. Proses ketaatan itu ketika dijalankan membawa kita untuk bercermin pada Yesus. Yesus taat hingga…?

Pertama, Yesus taat hingga merelakan semua kemuliaan-Nya. Dia Raja, Tuhan, disembah oleh berlaksa-laksa malaikat, semua kemuliaan itu Dia tidak pakai dan Dia datang menjadi Anak Manusia. Hidup dari seorang ayah yang adalah tukang kayu, lahir di kandang binatang, dan hidup dalam keluarga miskin, mati-Nya pun di kuburan yang dipinjam, rela meninggalkan semua kemuliaan-Nya untuk mengatakan apa itu ketaatan.

Kedua, Yesus taat hingga terluka. Bagaimana dengan kita? Apakah kita taat ke gereja? Seringkali alasan kita untuk ke gereja dibuat-buat, ada gerimis saja kita malas ke gereja atau berhalangan ke gereja karena alasan anak ulang tahun sehingga kita tidak mau tahu. Ketaatan Yesus membuat Dia terpisah dari orang-orang yang Dia kasihi.

Ketiga, Yesus taat hingga terpisah dengan Allah Bapa. Di atas kayu salib Yesus berkata: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa. Engkau meninggalkan Aku? Di kayu salib, Yesus memberikan contoh bagi kita, Dia menghadapi penderitaan dalam kesendirian dengan ketaatan. Manusia biasanya berubah-berubah dari dasar panggilannya karena manusia biasanya tertarik dari suatu yang bersifat fenomena dan ikut tergoncang dalam berbagai permainan tetapi Yesus tidak demikian, Dia menjalankan panggilan dengan konsisten sehingga memberikan contoh dengan sempurna.

Keempat, Yesus taat sampai menghembuskan nafas terakhir, Ia taat sampai mati. Jam 9 Pagi Dia disalib dan jam 15 Dia meninggal kemudian Ia bangkit di hari yang ketiga. Pada waktu murid-murid Yesus menyaksikan malaikat berkata kepada mereka, maka kedahsyatan menimpa mereka dan mereka ingat bahwa Yesus pernah mengatakan tentang semua itu sehingga kebangkitan-Nya membuka suatu misteri besar dan kebangkitan-Nya menjadi suatu kemenangan besar bagi setiap orang percaya.

Ketaatan-Nya merelakan semua kemuliaan-Nya setelah melewati proses selesai, bangkit dari kematian itu, Dia menerima kembali kemuliaan-Nya dan semua itu bukan untuk Dia tetapi untuk kita. Taat hingga Ia terluka dan setelah kebangkitan-Nya. Alkitab katakan oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh. Dia taat hingga terpisah dari Allah Bapa, setelah selesai kebangkitan itu, memberitahukan kepada kita supaya kita bisa rekonsiliasi dengan Pencipta. Dia taat hingga sampai mati setelah kebangkitan-Nya justru kemenangan itu memberikan kita hidup yang kekal. Semua yang Dia lakukan itu adalah untuk kita. Begitu baiknya Tuhan itu. Kebangkitan-Nya memberi suatu kuasa yang besar yang menjadikan kita sebagai umat pemenang.

Tetapi kalau kita belajar dalam hal ini, kadang-kadang kalau kita memeriksa iman Kristen kita, kita terlampau memperhitungkan terhadap Tuhan dan ini membuat hati itu prihatin. Ke gereja dalam melayani dua jam saja kita kadang malas, ke gereja kadang kita pergi dan kadang tidak sehingga terhadap Tuhan kita perhitungkan dan dalam banyak hal pun kita perhitungkan.

Marilah kita mengubah cara hidup kita. Kita harus juga membawa anak cucu kita ke gereja sehingga mereka benar-benar cinta Tuhan supaya generasi kita ada harapan, karena Yesus sudah sudah bangkit, sudah menang, semua pergumulan hidup kita belajar seperti Tuhan. Ada suatu kuasa yang besar sedang mengendalikan seluruh alam semesta termasuk hidup kita walaupun ada gejolak sedikit tetapi Tuhan tahu semuanya. Tuhan sudah bangkit bagi kita.

Sumber: Warta Jemaat Gereja Duta Injil 5 Mei 2019