Mintalah Hikmat dari Tuhan

1 Raja-raja 3:4-12

Banyak perkara yang harus dihadapi oleh setiap orang. Masing-masing orang memiliki pergumulan yang membutuhkan penyelesaian. Tuhan berkenan memberikan pertolongan bagi orang yang dilanda pergumulan, asalkan orang itu meminta dengan benar kepada Tuhan. (Matius 6:7) ‘Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah ….’. Bertele-tele membuat doa tidak lagi benar, tidak lagi dengan tulus, dan tidak yang dibutuhkan. (Matius 21:22) ‘Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.’

Salomo meminta yang benar kepada Tuhan. Ia mengakui bahwa kekuasaannya sebagai raja merupakan pemberian Tuhan. Salomo sadar bahwa tugas dan jabatan yang Tuhan berikan memerlukan kemampuan untuk mengambil kebijakan. Oleh sebab itu, ketika Tuhan menawarkan ‘yang utama’ baginya, maka Salomo meminta ‘hati yang faham menimbang perkara’. Para raja Israel dipilih oleh Allah dan dituntut untuk menjalankan kehendak Allah. Raja menjadi pemberi keputusan (kebijakan) yang terakhir atas suatu perkara. Suatu keputusan yang benar adalah apabila telah melalui suatu pertimbangan, yang mampu membedakan yang baik dan yang jahat.

Saudaraku, mari kita belajar dari Salomo untuk meminta sesuatu dari Allah. Sesungguhnya Allah ingin menguji Salomo tentang “apakah tujuan hidup Salomo dalam hidupnya termaksud juga apa yang menjadi tujuan Salomo menjadi Raja”. Allah berfirman: “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” Ternyata Salomo meminta kepada Allah: “Maka berikanlah kepada hambaMU ini hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat. Sebab siapakah yang sanggup menghakimi umatMu yang sangat besar ini?” (ay. 9) Di mata Tuhan apa yang diminta oleh Salomo adalah baik (ay. 10) maka Allah melakukan sesuai dengan permintaan Salomo (ay. 12) dengan memberi kepadanya “hati yang penuh hikmat dan pengertian sehingga sebelum Salomo tidak ada seorang pun seperti Salomo dan sesudah Salomo pun tidak akan bangkit yang seperti Salomo.

Saudaraku yang dikasihi Tuhan, dalam menghadapi tantangan zaman sekarang ini, kita berusaha untuk memperoleh kepintaran dan hikmat dengan sekolah setinggi-tingginya, juga dengan cara belajar dari pengalaman para orangtua, tetapi ternyata bukan hal itu yang utama dilihat oleh manusia dalam menghadapi tantangan zaman itu tetapi hikmat dari Allah. Itulah yang kita lihat dari Salomo, ia tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa dari musuhnya tetapi dia meminta yang sangat dia butuhkan, dia perlukan dalam kepemimpinannya yaitu hikmat dan pengertian, hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat. Hikmat dan pengertian ini hanya bersumber dari Allah saja (Amsal 2:6). Salomo meminta langsung pada sumbernya sehingga kebutuhan pendukung yang lain dalam perjalanan hidup dan pemerintahannya diberikan juga oleh Allah (ay. 13).

Tetapi saat ini setelah zaman semakin canggih, kecerdasan manusia semakin tinggi dengan melewati masa pendidikan, jaringan internet yang memadai, nanotechnology (robot), bukan lagi Tuhan yang dipahami sebagai sumber semuanya itu tetapi sudah menjurus kepada pengetahuan yang dipelajarinya baik formal maupun informal.

Saudaraku… Dari manakah kita akan memperoleh hikmat? Yaitu dengan kita takut akan Tuhan (Amsal 9:10). Tetapi sesungguhnya yang paling penting adalah dengan kita bersedia menerima Yesus dalam hidup kita (1 Korintus 1:24,30). Hari ini Tuhan berkata kepada kita: “Anakku apakah yang kau minta daripadaKu?” Maka apakah jawaban yang akan kita berikan pada Tuhan? Matius 6:33 mengajarkan kepada kita: Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Amin

Sumber: Warta Jemaat HKBP 30 Juli 2017