Orang Benar akan Bercahaya seperti Matahari

Matius 13:24-30, 36-43

Setelah membaca perumpamaan ini ada kejanggalan : Mengapa gandum dan lalang dibiarkan sama-sama bertumbuh? (bnd. ay. 30). Biasanya lalang tumbuhan-tumbuhan pengganggu pasti akan disiangi dan dicabuti, namun pemilik ladang mencegah hamba-hambanya untuk mencabutnya. Alasannya adalah faktor resiko, bila lalang dicabut maka kemungkinan gandum akan ikut tercabut. Bila sudah tiba waktu menuai akan kelihatan dengan jelas mana gandum dan lalang. Ciri khas lalang adalah perusak dan penghambat pertumbuhan. Pemikiran manusia berbeda dengan pemikiran Allah. Manusia cenderung berpikir untuk menyingkirkan semua yang bisa merusak. Namun tidak bagi Allah. Ia justru mengatakan gandum (anak-anak Allah) dan lalang (orang yang tidak percaya) akan terus hidup berdampingan hingga waktu-Nya tiba Namun Allah sudah menentukan akhir yang pasti untuk dua jenis orang ini.

‘Pada waktu itu’, kata ‘waktu’ di sini memakai kata kairos. Kata kairos berbicara tentang periode tertentu yang sudah ditentukan Allah. Yesus sendiri memberikan kepastian adanya penghakiman di akhir zaman nanti. Jika kita sudah meyakini janji Allah, maka kita tidak perlu menjalani hidup ini dengan pesimis. Janji Allah ini menjadi peringatan dan penguatan bagi kita untuk berjuang, bertahan hidup sesuai keberadaan kita sebagai gandum (anak-anak Allah), walau untuk itu kita harus menderita dan menanggung risiko karena kita mempertahankan kebenaran. Kekalahan dan kemenangan pada akhirnya Allah sendiri yang menentukan. Kekalahan dan kemenangan bukanlah terjadi pada masa sekarang yang sementara saja, melainkan kelak pada saat Kristus datang kedua kalinya. Ia sendiri yang akan menentukan siapa pemenang sesungguhnya. Waktu menuai menjadi hari penuh sukacita baik bagi penabur maupun penuai (bnd. Yoh 4:36). Pada akhir zaman, semua pelaku kejahatan akan dicampakkan ke dalam dapur api seperti lalang yang dibakar, dan orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan sorga.

Melalui perumpamaan ini, diberitahukan bahwa tugas kita bukanlah untuk membedakan mana gandum dan mana lalang. Cukuplah kita mengetahui bagaimana ciri-ciri dari anak-anak iblis dan fokuslah pada pertumbuhan hidup kita menjadi benih (gandum) yang baik yang akan menghasilkan buah pada waktunya, Sebab bagaimanapun juga. tanpa kita membedakannya, lalang akan tetap berakhir kepada pemusnahan dalam api, dan Tuhan akan kekal menjadi Tuan pemilik ladang yang menantikan buah dari gandum. Sehingga kita harus terus berupaya mempertahankan tujuan kehidupan kita menjadi benih yang akan menghasilkan pada waktunya. Akan ada banyak himpitan-himpitan kejahatan yang ditaburkan iblis diantara kita, tapi kita harus ingat bahwa akan ada waktunya Tuhan akan cabut semua kejahatan-kejahatan yang ditaburkan oleh iblis untuk mencoba menghimpit kita supaya menjadi lalang kejahatan.

Yesus sudah membukakan sebuah fakta bagi kita bahwa gandum (anak-anak Allah) memang harus hidup berdampingan dengan lalang (orang yang tidak percaya). Tugas kita bukan menyingkirkan mereka karena kita bukan orang yang tepat untuk menilai, tugas kita adalah mengampuni mereka (tetap memperlihatkan jati diri kita sebagai anak-anak Allah penabur kebaikan yang membawa pengaruh yang baik kepada orang-orang yang masih hidup dalam kejahatan). Jangan sekali-kali kuatir karena takut disingkirkan oleh lalang, sebab keselamatan anak-anak Allah dijamin oleh Allah sendiri. Amin.

Sumber: Warta Jemaat HKBP 23 Juli 2017