Dipilih dan Diurapi Allah

1 Samuel 16:1-13

Tanggal 15 Pebruari 2017 yang lalu kita melakukan pesta rakyat pilkada serentak di Indonesia dan khususnya di DKI. Kita memilih pemimpin kita sesuai dengan pilihan kita, dan kita juga sering memakai tolak ukuran kita atau kriteria kita, sehingga acap kali kita merasa kecewa dengan pilihan kita itu. Hari ini kita belajar secara iman, secara rohani bagaimana memilih sesuai dengan tolak ukur, kriteria, standar-nya Allah dalam menjalani hidup yang diberikan Tuhan. Kita harus tahu bahwa hidup kita ini selalu diperhadapkan kepada pilihan, jika kita salah memilih maka kita akan mengalami kekecewaan, penyesalan, kegagalan dalam hidup ini.

Manusia sering menjadikan kepandaian, kecerdasan, kelihaian dalam berperang di medan pertempuran menjadi faktor dominan dalam menentukan layak tidaknya seseorang menjadi pemimpin. Menurut kita apakah hal ini salah? Tidak salah. Namun Tuhan mengajarkan kita dalam firman-Nya hari ini supaya tidak asal pilih, jangan tergoda dengan paras, ketangkasan, kecerdasan atau dengan kata lain melihat dari “luarnya saja” tetapi mari kita melihat “bagian dalam (hati)”. Sebab jika kita salah memilih seorang pemimpin maka akibatnya akan menjadi fatal. Tetapi Tuhan Allah tidak mungkin salah, sebab manusia hanya alat (instrumen) yang dipakai Allah tetapi sesungguhnya Allah sendirilah yang mutlak memerintah atau memimpin melalui orang-orang yang dipilih-Nya.

Menguji hati hanya Tuhan yang sanggup, demikianlah Allah memilih Daud dari antara anak-anak Isai untuk menggantikan Saul yang telah gagal memimpin Israel. Otoritas untuk memimpin telah diserahkan kepada Daud melalui pengurapan yang dilakukan Samuel dengan minyak. Pengurapan ini bertujuan untuk membersihkan, menguduskan, dan menyucikan. Sehingga orang yang telah diserahkan wibawa dan kuasa, diurapi telah dibebaskan dari noda, kelemahan dan ketidakberdayaan menjadi mampu dan berdaya.

Mulanya memang Samuel sendiri melihat sisi dari luarnya, dia berpikir kandidat yang akan menggantikan Saul adalah yang berparas ganteng dengan postur tubuh yang gagah. Ternyata Samuel salah, karena itulah Tuhan mengatakan “jangan lihat parasnya tetapi lihatlah hatinya.” Lihat bagaimana Allah telah memilih Daud dan mengurapinya. Demikianlah kita yang telah dipilih oleh Allah kemudian diurapi bukan lagi dengan minyak “seperti Daud” tetapi kita telah dipilih dengan darah Yesus. Darah Yesus telah menguduskan, menyucikan, membersihkan kita dan menjadikan kita alat instrumen Allah untuk tujuan Allah dan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Amin.

Sumber: Warta Jemaat HKBP 26 Maret 2017