Ibadah yang Benar di Hadapan Tuhan

1 Timotius 6:6-19

Saudara yang terkasih …
Pada zaman yang semakin maju saat ini, ada banyak orang yang jatuh ke dalam hidup materialism yakni sikap hidup yang menempatkan hal materi lebih penting dari segalanya. Dengan pemahaman seperti itu banyak orang yang berusaha untuk mengumpulkan harta sebanyak mungkin. Dan setelah seorang itu mampu mengumpulkan hartanya lebih banyak maka dia akan dilihat sebagai orang yang berhasil. Dengan demikian, keberhasilan atau kesuksesan dilihat dari sudut banyaknya harta yang dimiliki. Oleh karena itu orang akan menghalalkan segala cara untuk dapat mengumpulkan harta. Dalam mengumpulkan harta, bisa saja orang yang materialis itu telah mengganggu bahkan merugikan kepentingan orang banyak pada saat ia mencari dan mengumpulkan harta kekayaannya sendiri.

Sebetulnya, uang itu penting dalam kehidupan kita. Tetapi jika hati kita lebih mencintai uang, maka itulah akar daripada kejahatan. Kita harus mengerti dengan baik bahwa uang itu adalah alat bukan tujuan. Tetapi ketika uang dilihat sebagai tujuan hidup maka orang akan jatuh ke dalam kejahatan. Cinta akan uang mendorong seseorang untuk melakukan pencurian, perampasan, penipuan, korupsi dan sebagainya. Atau orang akan menggeluti pekerjaannya saja demi uang dan tidak peduli lagi terhadap keluarga dan sesama. Tidak selamanya kita dapat berkata bahwasanya seseorang itu mencuri atau korupsi adalah karena kemiskinan. Karena banyak juga orang miskin tetapi tidak mau mencuri dan merampas. Perilaku kejahatan seperti itu justru erat kaitannya dengan karakter dan moral. Cinta uang merupakan karakter negatif. Itu sebabnya orang kaya sekalipun dia tidak memiliki karakter yang baik dia akan selalu menumpuk hartanya sekalipun dengan cara yang jahat.

Salah satu perilaku yang harus dilawan oleh Timotius saat itu ialah perilaku cinta uang. Cinta uang bertentangan dengan ibadah. Dengan ibadah, pujian dan syukur kepada Tuhan akan dikumandangkan dan pada saat itu juga ada persembahan. Hendaklah setiap orang beribadah berperilaku sesuai ibadah dengan ibadah itu sendiri. Ibadah akan sia-sia jika orang yang melakukan ibadah itu sendiri tetap memiliki perilaku yang cinta uang dan selalu dipenuhi oleh kerakusan hidup. Perasaan tidak pernah cukup dalam kehidupan ini ternyata telah membawa manusia jatuh ke dalam banyak dosa dan kejahatan.

Sekarang ini banyak godaan yang menjadikan kita untuk hidup konsumtif, misalnya dengan adanya iklan dan reklame. Orang yang membuat reklame itu cukup pintar untuk menarik perhatian masyarakat dan membelanjakan uangnya demi barang yang ditunjuk oleh iklan itu. Kita tidak salah membeli barang iklan itu jika kita memang punya uang yang cukup dan jika barang itu memang sangat dibutuhkan. Jika tidak, hendaklah kita menguasai diri ketimbang harus menyia-nyiakan uang untuk barang yang tidak dibutuhkan. Hendaklah juga kita menguasai diri kita dari kecemburuan. Jika ada orang lain yang memiliki barang melebihi yang kita miliki, hendaklah kita menguasai diri untuk tidak harus sama seperti mereka dan untuk tidak cemburu. Biarlah apa yang ada pada kita dapat kita pergunakan dengan baik. Amin.

Sumber: Warta Jemaat HKBP 26 September 2016