Persahabatan dengan Tuhan

Kepastian keselamatan bukanlah suatu pengetahuan atau sekedar aktivitas pikiran dan keyakinan. Kepastian keselamatan adalah sebuah penghayatan hidup dari seseorang yang mengalami Tuhan setiap hari. Dengan demikian seorang yang benar-benar akan menjadi sekutu Tuhan di Kerajaan-Nya, membuktikan dirinya bahwa ia orang yang pantas diselamatkan atau layak menjadi mempelai Tuhan sejak hidup di dunia ini. Sama seperti iman dapat dibuktikan, demikian pula keselamatan seseorang (Yak 2:18-23). Sejak hidup di dunia seseorang sudah nampak apakah ia sahabat Tuhan atau musuh Tuhan. Kalau mengaku sahabat Tuhan tetapi kelakuannya masuk dalam kategori musuh Tuhan, ia menipu dirinya sendiri. Pertanyaan yang penting kita kemukakan kepada diri sendiri adalah: “Hari ini apakah aku ada di posisi sebagai sahabat Tuhan atau tidak?”

Posisi sebagai sahabat Tuhan atau bukan sahabat Tuhan dapat dimulai dari sekarang. Dalam banyak hal atau dalam segala hal boleh tidak ada kepastian, tetapi untuk menjadi sahabat Tuhan haruslah sebuah kepastian. Dan kepastian ini harus dirajut dan dibangun mulai sekarang, dalam kesengajaan dan kesadaran. Hal ini harus menjadi prioritas utama hidup. Inilah yang dimaksud dengan mendahulukan Kerajaan Sorga (Mat 6:33). Ini bukan sebuah pekerjaan sederhana. Ini sebuah pekerjaan yang rumit. Tuhan Yesus berbicara mengenai hal ini dalam Yohanes 6:26-29. Pekerjaan di sini maksudnya adalah usaha atau aktivitas, dan pekerjaan tersebut adalah percaya. Membuktikan percaya kepada Tuhan adalah suatu pergumulan.

Percaya kepada Tuhan memiliki konsekuensi. Kalau seseorang berkata bahwa ia percaya kepada Tuhan, berarti ia harus membuktikan percayanya tersebut dengan perbuatan. Seperti Abraham disebut sebagai bapa orang percaya, setelah mengerjakan percayanya dengan perbuatan yang benar. Ternyata percayanya kepada Tuhan menyita seluruh kehidupannya. Hari ini setelah kekristenan menjadi agama, seseorang menunjukkan percayanya hanya dengan datang ke gereja atau mengaku sebagai orang Kristen. Seharusnya pengakuan percayanya terbukti ketika ia tidak sama dengan dunia sekitarnya (Roma 12:2).

Persahabatan dengan Tuhan dimulai sekarang. Sebaliknya permusuhan dengan Tuhan juga dimulai sekarang. Seseorang seharusnya sudah dapat menduga atau memperhitungkan dengan pasti apakah ia akan selamat atau binasa di api kekal. Ini bukan sebuah keyakinan semata-mata tetapi sebuah penghayatan hidup. Jadi kalau belum memiliki penghayatan yang benar dan bukti nyata (sebuah kehidupan yang berjalan dengan Tuhan), jangan yakin pasti selamat, ini menyesatkan. Keyakinan bahwa ia selamat tanpa bukti adalah keyakinan buta.

Keyakinan keselamatan bukan sesuatu yang abstrak tidak berdasar, tetapi sesuatu yang konkrit terbukti, sebagaimana iman ada buktinya oleh perbuatan. Seperti contohnya Paulus, ia yakin memperoleh mahkota abadi, bukan gambling atau untung-untungan (2 Kor 4:6-8). Seorang anak yang mau UAN (Ujian Akhir Nasional) harus belajar rajin supaya lulus, sehingga kelulusannya menjadi sesuatu yang makin pasti. Soal UAN tidak mudah diprediksi, sehingga masih ada untung-untungan, tetapi Firman Tuhan sesuatu yang pasti. Kalau kita tidak melakukannya, kita bisa tidak dikenal oleh Tuhan (Ibr 6:10-11),

Pada umumnya manusia berpikir bahwa hari-hari yang dijalaninya menuju suatu titik akhir yang tragis. Itulah sebabnya manusia mencoba mempertahankan kehidupan di bumi ini selama mungkin. Kematian baginya menjadi suatu momok yang menakutkan. Hidup harus dipertahankan selama mungkin dan dikembangkan sedemikian rupa supaya bisa meraih sebanyak-banyaknya yang disediakan dunia ini bagi manusia. Tetapi bagi anak-anak Tuhan harus berpendirian bahwa kita sedang memulai sebuah kehidupan dan sedang menuju sebuah awal kehidupan yang lebih baik. Kita harus berpikir dan berpendirian bahwa kita sedang memulai sebuah kehidupan, bukan akan mengakhiri kehidupan!

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 26 Oktober 2008

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *