Biarkanlah semua bangsa mengenal nama-Mu, ya Tuhan!

1 Raja 8:43

Mengenal Tuhan adalah mujizat terbesar yang pernah dialami dan prestasi tertinggi yang dapat dicapai dalam hidup manusia. Tidak ada keberhasilan manusia yang lebih dari itu. Untuk dan karena alasan itulah sepanjang sejarahnya manusia melakukan berbagai upaya dengan semua pengorbanan. Di puncak karya pengetahuannya, Albert Einstein semakin mengagungkan nama Tuhan. Kisah hidup para musafir dan peziarah sepanjang zaman mejadi kajian yang sangat menarik, mengapa ada orang mengambil keputusan yang penuh risiko bahkan rada “konyol”? Mereka meninggalkan segala kesenangan dan kenikmatan serta status sosial tinggi yang dimiliki, dengan rela melepaskan hak milik dan kekuasaannya, lalu menempuh penderitaan hidup yang penuh kesulitan dan ancaman. Salah seorang tokoh besar dalam sejarah antara lain Siddharta Gautama, pendiri agama Buddha. Ada begitu banyak nama para misionaris Kristen dalam Sejarah Gereja yang sampai mati menjalani siksaan dan terpisah jauh dari sanak keluarganya. Para nabi dan rasul dalam catatan Alkitab adalah orang-orang yang pada umumnya melakukan tindakan “di luar akal sehat” bahkan mengakhiri hidupnya dengan sangat mengenaskan. Harta, takhta dan kesenangan hidup menjadi kehilangan makna dan bahkan tak berarti. Tidak lain karena pengenalan mereka akan Tuhan.

Raja Salomo, seorang yang disebut “bapak orang berhikmat” yang hidup 3000 tahun yang lalu, menghabiskan 7 tahun masa kepemimpinannya dan sangat banyak harta kekayaan, tenaga dan biaya untuk mendirikan sebuah bangunan yang disebut Bait (Rumah) Tuhan. Ayahnya, raja Daud, tidak diperkenankan Tuhan karena tangannya telah “berlumuran darah” dalam banyak peperangan membunuh musuh bangsanya. Atas Bait Tuhan itu Salomo berdoa dan menyerukan nama Tuhan, bermohon agar kiranya di tempat itu Tuhan menyatakan hadirat-Nya. Supaya setiap orang, siapa saja, yang datang berdoa, kiranya Tuhan mendengarkannya di sorga dan mengabulkan permohonannya. Dengan demikianlah maka orang-orang asing pun akan mengenal Tuhan dan diberkati di tempat itu.

Betapa dahsyatnya ternyata keberadaan bangunan gedung Bait Tuhan! Bukan terutama oleh materi bahan bangunan dan besarnya biaya serta upaya untuk membangunnya, melainkan karena Tuhan yang bertakhta di sorga bersedia diam di tengah-tengah umat-Nya dan tidak akan meninggalkan tempat itu (1 Raja 6:13). Setiap orang yang datang ke tempat itu akan diberkati dan permohonannya dikabulkan oleh Tuhan semesta langit dan bumi. Itulah karya teragung yang dapat dilakukan manusia, bila Tuhan berkenan nama-Nya dikenal dan manusia tinggal bersama-Nya.

Sejarah mencatat, sebagaimana juga di dalam Alkitab, ternyata Bait Tuhan yang dibangun Salomo tersebut dihancurkan dan diinjak-injak orang “kafir” (anti-Tuhan). Saat ini di atas reruntuhannya telah berdiri sebuah bangunan Masjid Al Aqsa. Namun kerusuhan dan peperangan serta saling bunuh mewarnai tempat itu. Atas tempat itu pula Yesus pernah mengeluh dan menangis dengan berkata, “Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau!” (Mat 23:37) “Rombaklah Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” (Yoh 2:20) Yesuslah Bait Allah yang sejati! Oleh dan di dalam Dia semua suku bangsa dan anak-anak manusia bertemu dan mengenal Tuhan. Amin!

Dikutip dari Warta Jemaat HKBP 29 Mei 2016